Up next

Cara Tepat dalam Menyikapi Akal | Ammi Nur Baits, S.T., B.A. & Ustadz Muhammad Abu Rivai

2 Views· 27 May 2023
Ammi Nur Baits
Ammi Nur Baits
Subscribers
0
In Other

CARA TEPAT DALAM MENYIKAPI AKAL
Ustadz Ammi Nur Baits حَفِظَهُ الله تعالى

🗓️ Jumat, 19 Mei 2023
🕌 Studio ANB Channel, Krajan, Sleman

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Akal itu adalah nikmat dari Allah سبحانه و تعالى karena itulah pembeda antara manusia dengan binatang, dengannya bisa membedakan antara yang benar dan salah, sopan tidak sopan, malu dan tidak malu, salah jika menyimpang, zhalim dan tidak zhalim.

Bagaimana cara yang benar dalam mengunakan akal cara menyikapinya adalah seperti nikmat nikmat dari Allah yang lain, sehingga sewaktu-waktu Allah bisa mencabutnya, kepemilikan akal tidak 100%

Ini bukti bahwa kepemilikan atas akal tidak selamanya sehingga konsekuensinya harus mentaati batasan-batasan yang Allah سبحانه و تعالى tetapkan

Apa batasan dari Allah dalam menggunakan akal? Dalam semua nikmat tidak boleh untuk maksiat dan tindakan melampaui batas.

Bentuk maksiat dengan akal adalah makar yang dilakukan oleh al Walid bin Mughirah, dimana dia bersama orang-orang musyrikin Quraisy ingin menjatuhkan kepercayaan kepada Al Qur'anul Karim dan Rasulullah ﷺ

Sedangkan bentuk melampaui batas adalah apa yang dilakukan oleh Ahli Kalam dengan mentakwil ayat-ayat Al Qur'an dan As sunnah yang tidak sesuai dengan akal mereka

Bagaimana menyikapi akal untuk berijtihad? Dalam prakteknya ijtihad menggunakan akal namun hanya terbatas dalam ranah yang diperbolehkan oleh syariat untuk berijtihad didalamnya, dan terdapat ranah yang terlarang untuk berijtihad semisal dalam perkara asma wa shifat Allah سبحانه و تعالى.

Hukum asalnya adalah kita mengimani teks-teks Al Quran dan As sunnah dalam perkara aqidah, tidak boleh ditakwil dengan akal masing-masing

Perkara ijtihad boleh dilakukan untuk perkara hukum fiqih, semisal perkara baru dizaman ini yang belum pernah ada di zaman Rasululullah dan Shahabat dengan metode qiyas yang shahih, maksudnya adalah sesuai dengan batasan-batasan syariat.

Ilmu ushul fiqih, meletakkan pondasi bagaimana tata cara berijtihad. Fungsi Akal adalah mencerna dalil yang merupakan bahan baku, sehingga banyak mempelajari Al Quran dan As sunnah kemudian memahaminya dengan akal, oleh karena itu akal digunakan bukan untuk menyelisihi dalil.

Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu ia berkata:

إِيَّاكُمْ وَأَصْحَابَ الرَّأْيِ فَإِنَّهُمْ أَعْدَاءُ السُّنَّةِ أَعْيَتْهُمُ الْأَحَادِيْثُ أَنْ يَحْفَظُوْهَا فَقَالُوْا بِالرَّأْيِ فَضَلُّوْا وَأَضَلُّـوْا

“Jauhilah oleh kalian Ashhabur Ra-yi (pengikut akal/ahli bid’ah) karena mereka adalah musuh-musuh sunnah, menghapal hadits itu melelahkan mereka, maka mereka pun berbicara berdasarkan akal, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” (diriwayatkan oleh Abu Syaibah)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
Janganlah engkau jadikan hatimu seperti busa dalam menampung segala yang datang dan syubhat-syubhat, ia menyerapnya sehingga yang keluar dari busa tadi adalah syubhat-syubhat yang diserapnya tadi. Namun jadikanlah hatimu itu seperti kaca yang kokoh dan rapat (air tidak dapat merembes ke dalamnya) sehingga syubhat-syubhat tersebut hanya lewat di depannya dan tidak menempel di kaca. Dia melihat syubhat-syubhat tersebut dengan kejernihannya dan menolaknya dengan sebab kekokohannya. Karena kalau tidak demikian, apabila hatimu menyerap setiap syubhat yang datang kepadanya, maka hati tersebut akan menjadi tempat tinggal bagi segala syubhat.
(Miftah Daris Sa’adah (I/443) oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan al-Halabi.)

Wallahu'alam

Silakan dibantu share
Semoga bermanfaat

Barakallahu fikum

📹 Link Kajian ;
Youtube :
https://youtube.com/live/6RLt5dQOv3k?feature=share

📱Facebook
https://web.facebook.com/Ustad....zAmmiNurBaits/videos

Show more

 0 Comments sort   Sort By


Up next