Fikih Doa dan Dzikir: Bacaan Dzikir Pagi dan Petang Bagian 8 - Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA
Fikih Doa dan Dzikir: Bacaan Dzikir Pagi dan Dzikir Petang Bagian 8 - Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA
Dzikir pagi dan dzikir petang amat beragam bacaannya. Antara lain:
BACAAN KEDELAPAN:
Membaca doa berikut ini setiap pagi satu kali dan setiap petang satu kali:
“يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرَفَةَ عَيْنٍ”
“Wahai Yang Mahahidup dan Yang Maha mengurusi makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah segala urusanku. Janganlah Engkau jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun hanya sekejap mata”.
Dalil Landasan
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menuturkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Fathimah radhiyallahu ‘anha, “Apa yang menghalangimu untuk menyimak wasiatku? Bacalah setiap pagi dan petang, “Ya Hayyu… dst (doa tersebut di atas)”. HR. Nasa’iy dalam kitab as-Sunan al-Kubrâ. Hadits ini dinilai sahih oleh al-Hakim.
Renungan Kandungan
Doa ini mengajarkan pada kita tentang kewajiban bergantung kepada Allah ta’ala dalam segala urusan. Sekaligus memperingatkan kita agar tidak mengandalkan kemampuan pribadi. Sebab manusia adalah makhluk yang lemah. Allah ta’ala berfirman,
“وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا”
Artinya: “Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah”. QS. An-Nisa’ (4): 28.
Kita membuka doa ini dengan bertawassul menggunakan nama-nama dan sifat Allah. Nama tersebut adalah al-Hayyu dan al-Qayyum. Sedangkan sifat itu adalah sifat rahmat atau kasih sayang.
Al-Hayyu berarti Yang Mahahidup. Kehidupan Allah paling sempurna sehingga mengandung seluruh sifat kesempurnaan. Allah ta’ala tidak seperti makhluk-Nya yang sekedar hidup. Kehidupan makhluk dipenuhi kekurangan. Ada awal dan akhirnya. Wajar sekali jika kita mengawali doa dengan mengingat nama Allah yang mulia ini. Agar kita selalu menyadari betapa sempurnanya Tuhan yang kita mintai pertolongan.
Al-Qayyum bermakna Yang Maha berdiri sendiri dan Maha Mengurusi makhluk-Nya. Allah ta’ala tidak membutuhkan siapapun. Sedangkan siapapun pasti membutuhkan-Nya.
Selanjutnya kita bertawassul dengan sifat rahmat atau kasih sayang Allah. Kasih sayang yang sempurna, sangat luas dan tanpa batas. Semua makhluk tanpa terkecuali menikmatinya. Apalagi para kekasih-Nya dari kalangan kaum mukminin.
Setelah itu baru kita memohon pertolongan dan bantuan kepada Allah ‘azza wa jalla. Agar berkenan menjadikan seluruh urusan kita baik, lancar dan sempurna. Entah urusan yang bersifat ukhrawi maupun duniawi. Urusan ibadah dan amal salih kita. Urusan rumah tangga, pekerjaan, kesehatan, sekolah, hubungan dengan tetangga juga teman, dan lain sebagainya.
Jika Allah subhanah berkenan untuk mengabulkan permohonan tersebut, sungguh itu karena karunia-Nya semata. Bukan sebab kita memang layak untuk mendapatkannya, atau lantaran keistimewaan kita.
Karena itulah doa ini ditutup dengan pengakuan akan kefakiran dan kebutuhan total hamba kepada Allah, di manapun dan kapanpun. Tanpa ada bantuan dan pertolongan dari-Nya, hamba tidak ada apa-apanya.
Manusia terbaik adalah yang paling sempurna ibadahnya. Yang paling merasa memerlukan Allah. Yang selalu menganggap bahwa dirinya tidak pernah bisa lepas dari bantuan Allah, walaupun hanya sekejap mata.
Itulah kandungan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau senantiasa bersikap demikian, karena sangat dekatnya beliau dengan Allah. Juga karena beliau amat mengenali-Nya.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 21 Rabi’ul Awwal 1441 / 18 Nopember 2019