Latest videos
767. ORANG YANG PALING SEMPURNA IMANNYA
Riyaadush Shaalihiin
Bab 34 | Wasiat berbuat baik kepada wanita
Hadits ke-283 | Hadits Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu
Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
وعن أبي هريرة رضي اللَّه عنه ، قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « أَكْمَلُ المُؤْمنين إِيمَاناً أَحْسنُهُمْ خُلُقاً ، وَخِياركُمْ خيارُكم لِنِسَائِهِم » رواه التِّرمذي وقال : حديثٌ حسنٌ صحيحٌ
“Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya, dan orang yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik kepada istrinya." (HR. Tirmidzi, beliau berkata hadits hasan-shahih)
799. KUNCI DARI MASALAH-MASALAH RUMAH TANGGA
Riyaadush Shaalihiin
Bab 35 | Hak Suami Atas Istri
QS. An-Nisa: 34
Allah berfirman,
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ ۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ ۚ وَٱلَّٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهْجُرُوهُنَّ فِى ٱلْمَضَاجِعِ وَٱضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا۟ عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(QS. An-Nisa: 34)
911. MAKAN DENGAN TANGAN KANAN ITU LEBIH BERKAH
Riyaadush Shaallihin
Bab 38 | Kewajiban mendidik dan memerintahkan keluarga untuk taat kepada Allah
Hadits ke-304 | Abu Hafsh Umar bin Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad Radhiallahu ‘anhu
Dari Abu Hafsh Umar bin Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad, anak tiri Rasulullah ﷺ , beliau berkata,
وعن أبي حفْصٍ عُمَر بن أبي سلَمةَ عبدِ اللَّه بنِ عبدِ الأَسد : ربيبِ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : كُنْتُ غُلاماً في حجْرِ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، وكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ في الصَّحْفَةِ ، فقال لي رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « يا غُلامُ سمِّ اللَّهَ تعالى ، وَكُلْ بِيمِينِكَ، وكُل ممَّا يليكَ » فَما زَالَتْ تِلْكَ طِعْمتي بعْدُ . متفقٌ عليه
"Dulu ketika saya masih anak-anak dalam asuhan Rasulullah ﷺ , pernah (pada saat makan) tanganku menjelajah semua bagian nampan. Maka Rasulullah ﷺ menegurku, 'Nak, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang terdekat denganmu.' Maka demikianlah seterusnya cara makanku setelah itu." (Muttafaq ‘alaih)
786. PAHALA MENAFKAHI ISTRI
Riyaadush Shaallihin
Bab 35 | Hak Suami Atas Istri
QS. An-Nisa: 34
Allah berfirman,
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ ۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ ۚ وَٱلَّٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهْجُرُوهُنَّ فِى ٱلْمَضَاجِعِ وَٱضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا۟ عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(QS. An-Nisa: 34)
117. TINGKATAN IMAN YANG TERKUAT
Tadzkiratus saami' wal mutakallim fii adabil 'alim wal muta'alim
(Adab Penuntut Ilmu dan Adab Para Ahli Ilmu)
Karya Ibnul Jama'ah
Bab 2, Pasal 1, Poin 9
9. MENSUCIKAN JIWA DAN RAGANYA
Membersihkan jiwa dan raganya dari akhlak yang tercela serta menghiasinya dengan ahlak yang mulia.
Diantara ahlak yang jelek adalah: khianat, hasad, lalim, marah bukan karena Allah, curang, sombong*, riya, bangga diri, sum 'ah, pelit, keji, kufur nikmat, serakah, angkuh, sombong.
*Nabi besabda: "Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR. Muslim (91)(147)).
133. DUA KEKUATAN MANUSIA
Tadzkiratus saami' wal mutakallim fii adabil 'alim wal muta'alim
(Adab Penuntut Ilmu dan Adab Para Ahli Ilmu)
Karya Ibnul Jama'ah
Bab 2, Pasal 1, Poin 9 (Halaman 34, penerbit Pustaka Al-Ihsan)
9. MENSUCIKAN JIWA DAN RAGANYA
Membersihkan jiwa dan raganya dari akhlak yang tercela serta menghiasinya dengan ahlak yang mulia.
Diantara ahlak yang jelek adalah: khianat, hasad, lalim, marah bukan karena Allah, curang, sombong, riya*, bangga diri, sum 'ah, pelit, keji, kufur nikmat, serakah, angkuh, sombong
98. TIDAK BERMUDAH-MUDAH
Kajian Wanita Kitab Al-Wabilush Shayyib
Pasal: TANDA-TANDA PENGAGUNGAN TERHADAP LARANGAN-LARANGAN SYARIAT
....
Di antara tanda mengagungkan perintah dan larangan adalah tidak bersikap memperpanjang rukhshah (keringanan) sampai pada batas yang menjadikan pelakunya lalai dan tidak konsisten pada manhaj pertengahan.
706. HARTA TAK MEMBEDAKAN KITA
Riyaadush Shaalihiin
Bab 32 | Keutamaan orang lemah, miskin, & tidak dikenal di kalangan kaum muslimin
560. TIDAK BERGANTUNG KEPADA ORANG LAIN
Riyaadhush Shaalihiin
Bab 25 | Perintah Menunaikan Amanat
Hadits ke-207 | Hadits Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu
Dari Abu Khubaib Abdullah bin az-Zubair Radhiallahu ‘anhu beliau berkata,
...
قَالَ هِشَامٌ : وكان وَلَدُ عَبْدِ اللَّهِ قَدْ ورأى بَعْضَ بَني الزبَيْرِ خُبيبٍ وَعَبَّادٍ ، وَلَهُ يَوْمَئذٍ تَسْعَةُ بَنينَ وتِسعُ بَنَاتٍ
قَالَ عَبْدُ اللَّه : فَجَعَل يُوصِينِي بديْنِهِ وَيَقُول : يَا بُنَيَّ إِنْ عَجزْتَ عنْ شَيءٍ مِنْهُ فَاسْتَعِنْ عَلَيْهِ بموْلايَ .
قَالَ : فَوَاللَّهِ مَا دَريْتُ ما أرادَ حَتَّى قُلْتُ يَا أَبَتِ مَنْ مَوْلاَكَ ؟ قَالَ : اللَّه .
قال : فَواللَّهِ مَا وَقَعْتُ في كُرْبَةٍ مِنْ دَيْنِهِ إِلاَّ قُلْتُ: يَا مَوْلَى الزبَيْرِ اقض عَنْهُ دَيْنَهُ ، فَيَقْضِيَهُ .
قَالَ : فَقُتِلَ الزُّبَيْرُ وَلَمْ يَدَعْ دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِلاَّ أَرَضِينَ ، مِنْهَا الْغَابَةُ وَإِحْدَى عَشَرَةَ داراً بالْمَدِينَةِ . وداريْن بالْبَصْرَةِ ، وَدَارَاً بالْكُوفَة وَدَاراً بِمِصْرَ .
قال : وَإِنَّمَا كَانَ دَيْنُهُ الذي كَانَ عَلَيْهِ أَنَّ الرَّجُلَ يَأْتَيهِ بِالمالِ ، فَيَسْتَودِعُهُ إِيَّاهُ ، فَيَقُولُ الزُّبيْرُ: لا وَلَكنْ هُوَ سَلَفٌ إِنِّي أَخْشَى عَلَيْهِ الضَّيْعةَ . وَمَا ولِي إَمَارَةً قَطُّ وَلا جِبَايةً ولا خَراجاً ولا شَيْئاً إِلاَّ أَنْ يَكُونَ في غَزْوٍ مَعَ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، أَوْ مَعَ أَبِي بَكْر وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رضي اللَّه عنهم ،
قَالَ عَبْدُ اللَّه : فَحَسَبْتُ مَا كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الدَّيْنِ فَوَجَدْتُهُ أَلْفَيْ أَلْفٍ وَمائَتَيْ أَلْفٍ، فَلَقِيَ حَكِيمُ بْنُ حِزَامٍ عَبدَ اللَّهِ بْن الزُّبَيْرِ فَقَالَ : يَا ابْنَ أَخِي كَمْ عَلَى أَخِي مِنَ الدَّيْنِ ؟ فَكَتَمْتُهُ وَقُلْتُ : مِائَةُ أَلْفٍ . فَقَالَ : حَكيمٌ : وَاللَّه مَا أَرى أَمْوَالَكُمْ تَسعُ هَذِهِ ، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ : أَرَأَيْتُكَ إِنْ كَانَتْ أَلْفَي أَلْفٍ ؟ وَمِائَتَيْ أَلْفٍ ؟ قَالَ : مَا أَرَاكُمْ تُطِيقُونَ هَذَا ، فَإِنْ عَجَزْتُمْ عَنْ شَىْء مِنْهُ فَاسْتَعِينُوا بِي .
...
Hisyam berkata, "Sebagian putra Abdullah telah menyamai sebagian putra-putra az-Zubair, yakni, Khubaib dan Abbad. Pada waktu itu az-Zubair memiliki sembilan putra dan sembilan putri."
Abdullah berkata, "Ayahku mewasiatkan hutangnya-hutangnya kepadaku, dia berkata, 'Putraku, apabila engkau tidak sanggup melunasi hutang itu, maka mintalah pertolongan kepada Penolongku'."
Abdullah berkata, "Demi Allah, saya tidak mengerti siapa yang dia maksudkan dengan Penolong, hingga saya bertanya, 'Ayahku siapakah Penolongmu?' Dia menjawab, ‘Allah’.”
Abdullah berkata, "Demi Allah, saya tidak mengalami kesulitan karena hutangnya kecuali saya berkata, 'Wahai Penolong az-Zubair, bayarlah hutangnya.' Maka Dia pun membayarnya."
Abdullah berkata, "Maka az-Zubair terbunuh dan dia tidak meninggalkan satu dinar ataupun satu dirham, melainkan hanya beberapa bidang tanah, di antaranya adalah tanah Ghabah, sebelas rumah di Madinah, dua rumah di Bashrah, satu rumah di Kufah dan satu lagi di Mesir."
Abdullah berkata, "Sebenarnya hutang az-Zubair adalah karena bila ada orang yang datang kepadanya dengan membawa hartanya untuk menitipkannya kepadanya, maka az-Zubair berkata, ‘Tidak sebagai titipan, tetapi anggaplah sebagai hutang karena saya takut kalau harta ini hilang.' Az-Zubair tidak pernah memegang jabatan, mengelola harta, memperoleh hasil pertanian, maupun melakukan usaha apa pun. Dia hanya mendapatkan harta tersebut diletakkan dalam jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam perangnya bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam atau bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiallahu ‘anhum"
Abdullah berkata, "Maka saya hitung hutangnya, dan saya dapati sebanyak 2.200.000."
Kemudian Hakim bin Hizam bertemu Abdullah bin az-Zubair, dia bertanya, "Keponakanku, berapa hutang saudaraku?" (Abdullah berkata), "Saya menyembunyikan jumlahnya dan saya menjawab, 'Seratus ribu" Maka Hakim berkata, "Demi Allah, aku yakin harta kalian tidak cukup untuk menutupinya." Maka Abdullah berkata, "Bagaimana kalau saya katakan dua juta dua ratus ribu?" Hakim berkata, "Aku rasa kalian tidak akan sanggup memikulnya, jika kalian benar-benar tidak sanggup, maka mintalah pertolongan kepadaku."
... (bersambung insyaa Allah)
66. HASIL MENURUTI HAWA NAFSU
Kajian Wanita Kitab Al-Wabilush Shayyib
PASAL: KEISTIQAMAHAN HATI
Seorang hamba akan berada pada jalan yang lurus hanyalah dengan keistiqamahan hati dan anggota badannya. Keistiqamahan hati dibangun dengan dua asas penting:
Asas pertama, lebih mengutamakan kecintaan kepada Allah melebihi segala hal yang dicintai. Apabila kecintaan kepada Allah ber-lawanan dengan kecintaan kepada selain-Nya, maka kecintaan kepada Allah akan mendahului kecintaan kepada selain-Nya sehingga akibat dari itu merupakan konsekuensinya. Hal ini sangatlah mudah apabila hanya dengan klaim semata, dan sangatlah susah dengan perbuatan (ketika terdapat ujian maka hamba itu akan dimuliakan atau dihinakan).
Alangkah banyaknya orang yang lebih mengutamakan apa yang dicintai dan diinginkannya, atau dicintai oleh pembesarnya, pemimpinnya, gurunya, keluarganya atas apa yang dicintai oleh Allah. Maka orang ini, kecintaan kepada Allah belum dikedepankan dalam hatinya pada seluruh apa yang dicintai, kecintaan itu juga bukan me-rupakan raja yang memerintahnya, dan ia tidak memperoleh sedikit pun dari kecintaan itu melainkan kepayahan dan penghalangan sebagai bentuk balasan baginya karena lebih mengedepankan hawa nafsunya dan cenderung kepada orang yang ia agungkan dari kalangan manusia atau lebih ia cintai dari Allah Ta'ala.
Sungguh, Allah Ta'ala telah menetapkan satu ketetapan yang tidak bisa ditolak dan dicegah, yakni bahwa siapa saja yang mencintai sesuatu selain-Nya maka akan disiksa dengannya dan mesti terjadi; siapa yang takut kepada selain-Nya maka akan dikuasakan kepadanya; siapa yang menyibukkan diri dengan sesuatu selain-Nya maka itu adalah kesialan baginya; siapa yang lebih mengutamakan selain-Nya maka ia tidak akan diberkahi; dan siapa yang menyenangkan selain-Nya dengan kemurkaan-Nya maka ia akan dimurkai dan mesti terjadi.
05. MANUSIA YANG PALING MULIA MENURUT IMAM SYAFI'I
15 Menit Bersama Para Ulama
815. TIPS SUKSES MENCARI RIDHA SUAMI
Riyaadush Shaalihiin
Bab 35 | Hak Suami Atas Istri
Hadits ke-292 | Hadits Ummu Salamah beliau Radhiallahu ‘anha
Dari Ummu Salamah Radhiallahu ‘anha beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
وعن أُمِّ سلمةَ رضي اللَّهُ عنها قالت : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « أَيُّما امرأَةٍ ماتَتْ وزوْجُهَا عنها راضٍ دخَلَتِ الجَنَّةَ » رواه الترمذي وقال حديث حسن
"Wanita mana saja yang meninggal dalam keadaan suaminya ridha kepadanya, niscaya dia masuk surga." (HR. at-Tirmidzi. Beliau berkata, "Hadits hasan.”)