Other
Mungkin selama ini sering didengung-dengungkan bahwa salah satu karakter suami terbaik adalah ia yang selalu membantu istri di rumah, mengurus urusan dapur, mengepel, mencuci, dan bentuk bebersih lainnya. Tapi, pernahkah terlintas di benak kita bahwa ada kisah wanita salehah yang selalu membantu suami dalam pekerjaannya di ladang?!
Ya.. Salah satu karakter istri salehah adalah khidmah (pelayanan) yang baik terhadap suami. Istri yang pandai melayani sehingga membuat suami menjadi nyaman dan bahagia bersama istri tercinta.
Yang dimaksud khidmah di sini adalah pelayanan, yaitu tindakan dan perbuatan istri dalam rangka membantu suami serta menyenangkan hatinya. Khidmah adalah pernyataan ikatan istri kepada suami dalam sebuah bingkai sakinah, mawaddah, wa rahmah. Khidmah bukanlah perbudakan atau penindasan suami terhadap istri, tetapi khidmah adalah bentuk karakter istri salehah yang didasari ketulusan dan kepahaman dalam membantu tugas suami.
Pada zaman dahulu, para istri terbiasa memberikan pelayanan untuk menyenangkan suami, dengan berbagai macam tindakan dan perbuatan. Kisah Asma` binti Abi Bakar yang berkhidmah kepada suaminya, Az-Zubair bin ‘Awwam menjadi contoh yang luar biasa dalam hal khidmah ini.
Asma’ membantu Az-Zubair dengan mengurusi kuda tunggangan suaminya, memberi makan dan minum kuda, menjahit dan menambal embernya, serta mengadon tepung untuk membuat kue.
Pesan moralnya, dalam hal-hal yang bersifat praktis kerumah-tanggaan, hendaknya suami dan istri bisa berbagi peran dengan adil dan bijaksana. Terlebih lagi pada kondisi di mana keluarga tidak memiliki pembantu rumah tangga, maka suami dan istri harus membagi habis pekerjaan kerumah-tanggaan untuk mereka kerjakan berdua.
Semoga bahasan ini bermanfaat.
-
Yuk ikut beramal jariah bangun masjid, dakwah, dan kegiatan sosial lainnya lewat @rumayshopeduli
Narahubung: 0811267791
KELAS BAHASA ARAB RUMAYSHO (K-BAR)
Bersama Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc.
Youtube Rumaysho TV, Facebook RumayshoCom, Instagram @mabduhtuasikal
📚 KITAB RUJUKAN:
Amtsilatul I’rab Karya Ahmad Munawwari dan Nur Jadid
Kajian Streaming ini juga disiarkan melalui:
• Youtube.com/rumayshotv
• Instagram.com/mabduhtuasikal
• Radio DS (Darush Sholihin) 107,8 FM http://bit.ly/radioDSstreaming
Semua informasi tentang kajian bersama Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, bisa didapat melalui channel Telegram:
https://t.me/kajianustadzabduh
-
Yuk ikut beramal jariyah bangun masjid, dakwah, dan kegiatan sosial lainnya lewat @rumayshopeduli
Semua informasi perihal donasi tersebut bisa didapat melalui narahubung: 0811267791
Meskipun Islam tidak mengajarkan umatnya tentang takwil mimpi yang mereka alami, tetapi rambu-rambu yang diberikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah sangat memadai untuk menjadi panduan dalam menyikapi mimpi. Tak terkecuali, mimpi buruk.
Ya.. Anda pernah mengalami mimpi buruk saat tidur?
Rasanya, setiap orang pernah mengalami mimpi buruk. Dampak dari mimpi buruk bisa menyebabkan seseorang terus menerus mengalami gangguan tidur, menyebabkan tidur tidak nyenyak, menimbulkan rasa khawatir, serta ketakukan berlebih.
Penyebab mimpi buruk bisa jadi salah satunya karena gangguan setan. Nah, kali ini Mas Beni akan memberikan nasihatnya kepada kita amalan apa saja yang mesti dilakukan saat mengalami mimpi buruk.
1. Meludah kekiri 3 kali.
2. Memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari setan 3 kali, dengan membaca
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
“A’udzu billahi minas-syaithanir-rajiim” atau bacaan ta’awudz lainnya).
3. Memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpi tersebut.
4. Atau sebaiknya dia bangun kemudian melaksanakan Shalat.
5. Mengubah pisisi tidurnya dari posisi semula ia tidur, jika ia ingin melanjutkan tidurnya.
6. Tidak boleh menafsirkan mimpi tersebut, baik menafsirkan sendiri atau dengan meminta bantuan orang lain.
Lalu, untuk mencegah mimpi buruk, lakukan amalan-amalan berikut:
1. Beruwudu terlebih dahulu sebelum tidur.
2. Mengamalkan doa dan dzikir sebelum tidur.
3. Saat terbangun ketika mimpi buruk, amalkan doa ini:
أعوذُ بكلماتِ اللهِ التامةِ من غضبِه و عقابِه ، و شرِّ عبادِه ، و من همزاتِ الشياطينِ ، و أن يحضُرونِ ، فإنها لن تَضُرَّه - صحيح الجامع
Semoga bermanfaat.
-
Yuk ikut beramal jariah bangun masjid, dakwah, dan kegiatan sosial lainnya lewat @rumayshopeduli
Narahubung: 0811267791
Kajian Streaming ini juga disiarkan melalui:
• Youtube.com/rumayshotv
• Instagram.com/mabduhtuasikal
• Radio DS (Darush Sholihin) 107,8 FM http://bit.ly/radioDSstreaming
Semua informasi tentang kajian bersama Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, bisa didapat melalui channel Telegram:
https://t.me/kajianustadzabduh
-
Yuk ikut beramal jariyah bangun masjid, dakwah, dan kegiatan sosial lainnya lewat @rumayshopeduli
Semua informasi perihal donasi tersebut bisa didapat melalui narahubung: 0811267791
Telegram (https://t.me/kajianustadzabduh)
Info Kajian UMAT (Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal)
BELAJAR SHARAF
KELAS BAHASA ARAB RUMAYSHO (K-BAR)
Bersama Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc.
Youtube Rumaysho TV, Facebook RumayshoCom, Instagram @mabduhtuasikal
📚 KITAB RUJUKAN:
dari Al Muqaddimah Al Aajurromiyyah
Kajian Streaming ini juga disiarkan melalui:
• Youtube.com/rumayshotv
• Instagram.com/mabduhtuasikal
• Radio DS (Darush Sholihin) 107,8 FM http://bit.ly/radioDSstreaming
Semua informasi tentang kajian bersama Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, bisa didapat melalui channel Telegram:
https://t.me/kajianustadzabduh
-
Yuk ikut beramal jariyah bangun masjid, dakwah, dan kegiatan sosial lainnya lewat @rumayshopeduli
Semua informasi perihal donasi tersebut bisa didapat melalui narahubung: 0811267791
Rasa aman adalah suatu nikmat. Coba kita perhatikan bagaimana jika kita hidup di lingkungan yang tidak aman. Misal, di sekitar kita banyak pemabuk. Malam hari penuh keributan dan keonaran. Atau mungkin yang lebih parah di sekitarnya terjadi peperangan, tentu hidup jadi tidak tenang. Maka syukurilah jika kita mendapat lingkungan yang penuh ketenangan dan masyarakatnya beradab.
Allah memerintahkan kepada kita beribadah kepada-Nya sebagai wujud nikmat aman yang dianugerahkan pada kita.
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Al Quraisy: 1-4)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan bahwa rasa aman adalah suatu nikmat yang besar. Coba perhatikan hadits berikut.
Dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 2346, Ibnu Majah no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).
Oleh karenanya nikmat ini jangan sampai diingkari. Allah Ta’ala berfirman,
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat” (QS. An Nahl: 112).
Gara-gara mengingkari nikmat, akhirnya datanglah musibah. Bentuk dari menginkari nikmat adalah dengan mendustakan ajaran Rasul.
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
“Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. An Nahl: 113).
Semoga kita menjadi hamba Allah yang bersyukur terutama saat kita mendapatkan rasa aman dan tentram dalam kehidupan kita.
Sumber https://rumaysho.com/7680-nikmat-rasa-aman.html
*
►► SUBSCRIBE di sini untuk mengenal Islam lebih dekat: https://www.youtube.com/channe....l/UC42PJ3sXqYJwSMPti
*
Follow Us:
Twitter @RumayshoCom
https://twitter.com/RumayshoCom
Instagram @RumayshoCom
https://www.instagram.com/rumayshocom/
Facebook Muhammad Abduh Tuasikal
https://www.facebook.com/muhammad.tuasikal
Fans Page Rumaysho di Facebook
https://www.facebook.com/rumaysho/
Channel Telegram
https://telegram.me/rumayshocom
*
YUK DUKUNG DAKWAH!
Rekening Donasi Darush Sholihin dan RumayshoCom:
BANK SYARIAH MANDIRI: 7068.478.612 • BANK RAKYAT INDONESIA: 015.301.000.406.566
atas nama Yayasan Darush Sholihin
Konfirmasi Donasi: 0823-1395-0500
INFO DONASI: 0811-2677-791
*
Tentang Darush Sholihin, bisa dilihat di playlist:
https://www.youtube.com/playli....st?list=PLUYZIGi0rAX
*
SILAKAN SEBAR VIDEO-VIDEO YANG ADA DENGAN TETAP MENCANTUMKAN RUMAYSHO TV
Sebagian dari kita, mungkin pernah mendapati tempias air wudu dari seseorang yang juga ikut berwudu di samping kita. Parahnya, cipratan tersebut sangat banyak dan membuat baju kita jadi ikutan basah. Hal ini terjadi karena orang tersebut tidak berhati-hati dalam membasuh anggota wudunya dan menggunakan air dalam jumlah yang banyak. Inilah praktik wudu yang salah.
Berlebih-lebih dan boros adalah hal yang tercela dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan” (QS. Al A’raf: 31). Demikian juga dalam berwudu, tidak boleh berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Air adalah nikmat dari Allah yang wajib kita syukuri, dan salah satu cara mensyukuri nikmat air adalah dengan tidak menyia-nyiakannya, karena banyak di antara saudara kita di tempat yang lain yang tidak bisa menikmati air yang melimpah.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam sendiri mencontohkan hal ini. Beliau biasa berwudu hanya dengan 1 mud saja. Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu menyatakan, “Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam biasanya berwudu dengan 1 mud air dan mandi dengan 1 sha’ sampai 5 mud air”. (HR. Bukhari 201, Muslim 326). Sedangkan konversi 1 mud para ulama berbeda pendapat antara 0,6 sampai 1 liter. Sungguh hemat sekali bukan?!
Sehingga boleh saja seseorang berwudu dengan air keran dan lebih dari 1 mud, selama tidak berlebih-lebihan dan tetap berusaha untuk menghemat.
-
*
►► SUBSCRIBE di sini untuk mengenal Islam lebih dekat: https://www.youtube.com/channe....l/UC42PJ3sXqYJwSMPti
*
Follow Us:
Twitter @RumayshoCom
https://twitter.com/RumayshoCom
Instagram @RumayshoCom
https://www.instagram.com/rumayshocom/
Facebook Muhammad Abduh Tuasikal
https://www.facebook.com/muhammad.tuasikal
Fans Page Rumaysho di Facebook
https://www.facebook.com/rumaysho/
Channel Telegram
https://telegram.me/rumayshocom
*
YUK DUKUNG DAKWAH!
Rekening Donasi Darush Sholihin dan RumayshoCom:
BANK SYARIAH MANDIRI: 7068.478.612 • BANK RAKYAT INDONESIA: 015.301.000.406.566
atas nama Yayasan Darush Sholihin
Konfirmasi Donasi: 0823-1395-0500
INFO DONASI: 0811-2677-791
*
Tentang Darush Sholihin, bisa dilihat di playlist:
https://www.youtube.com/playli....st?list=PLUYZIGi0rAX
*
SILAKAN SEBAR VIDEO-VIDEO YANG ADA DENGAN TETAP MENCANTUMKAN RUMAYSHO TV
Berdandan, berhias atau bersolek , merupakan kata kata yang lekat eksistensinya dengan kaum perempuan. Dalam kehidupan rumah tangga Islam, seorang perempuan khususnya yang sudah berstatus istri, ia wajib bersolek atau berdandan untuk suaminya. Namun, bila kata bersolek disandingkan dengan kaum laki-laki yang sudah berstatus suami khususnya, apakah penting kata tersebut dalam hubungan rumah tangga? Adakah simbiosis mutualisme di antara keduanya? Sejauh mana relasi berdandan dengan kehidupan seorang suami dalam rumah tangganya menurut syariat?
Pembahasan Ustadz M Abduh Tuasikal dalam video kali ini jadi jawabannya.
Hak menikmati keindahan berhiasnya pasangan antara suami istri adalah sama dan seimbang. Karena itu, tuntutan berhias atau berdandan tidak hanya tertuju bagi kaum perempuan saja, tetapi termasuk kaum laki-laki juga dituntut melakukannya. Bila istri dituntut berdandan oleh suaminya agar ia bisa menikmati keelokannya, maka suami hendaknya mengimbangi tuntutannya dengan memperhatikan penampilannya di hadapan istrinya.
Tidak ada hak suami yang harus ditunaikan istri melainkan telah diseimbangkan dengan kewajiban istri itu sendiri, begitu pun sebaliknya. Artinya, pada saat suami memiliki hak atas istri, maka pada saat yang sama istri pun memiliki hak atas suaminya dalam keadaan yang seimbang. Yang demikian itu karena pasutri butuh keharmonisan dalam menjalani kehidupan berumah tangga untuk menggapai takwa.
Jelaslah bahwa hak menikmati keindahan berhiasnya pasangan antara pasutri adalah sama dan seimbang. Oleh karena itu, tuntutan berhias atau berdandan tidak hanya tertuju bagi kaum perempuan, tetapi kaum laki-laki juga. Bila istri dituntut berdandan oleh suaminya agar ia bisa menikmati kecantikan istrinya, maka suami hendaknya mengimbangi tuntutannya dengan memperhatikan penampilannya di hadapan istrinya.
Semoga bermanfaat.
-
Yuk ikut beramal jariah bangun masjid, dakwah, dan kegiatan sosial lainnya lewat @rumayshopeduli
Narahubung: 0811267791
Dalam muamalah dengan sesama manusia, baik dengan orang tua, dengan suami atau istri, dengan anak, dengan atasan di kantor, dengan ketua RT, atau bahkan dengan pemimpin negara, terkadang seseorang dituntut untuk taat kepada mereka. Baik ketaatan yang memang dituntut dalam agama, maupun ketaatan yang menjadi kesepakatan dalam suatu muamalah.
Namun, perlu diketahui, ada dua kaidah agung yang membatasi ketaatan kepada manusia, selain Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Ketaatan kepada mereka yang disebutkan di atas, dan juga kepada seluruh manusia (selain Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam) tidaklah bersifat mutlak, bahkan bersifat terbatas.
Yang menjadi titik poin penting bahasan kali ini adalah ketaatan seorang istri pada suami. Betapapun hormat, patuh, atau cintanya seorang istri kepada suaminya, tidak boleh melebihi cinta dan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya harus lebih besar dari yang lain, karena ini adalah konsekuensi dari keimanan. Maka seorang muslimah tidak mungkin mendahulukan ketaatan kepada makhluk daripada ketaatan kepada Allah.
Semoga bermanfaat.
-
Yuk ikut beramal jariah bangun masjid, dakwah, dan kegiatan sosial lainnya lewat @rumayshopeduli
Narahubung: 0811267791
Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah, dan di bulan Ramadan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Begitulah akhlak seorang mukmin, yakni memiliki sifat dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan dan pemurah.
Coba simak dengan saksama hadis yang dibawakan Ustadz M Abduh Tuasikal dalam video kali ini. Menggabungkan antara puasa dan sedekah adalah sebab seseorang dimudahkan masuk surga. Sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut;
Dari ‘Ali, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di surga ada kamar yang luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan dalamnya bisa dilihat dari luarnya.” Lantas orang Arab Badui ketika mendengar hal itu langsung berdiri dan berkata, “Untuk siapa keistimewaan-keistimewaan tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Itu disediakan bagi orang yang berkata yang baik, memberi makan (kepada orang yang butuh), rajin berpuasa, dan melakukan shalat di malam hari ketika manusia terlelap tidur.” (HR. Tirmidzi no. 1984 dan Ahmad 1: 155, hasan).
Kata Ibnu Rajab Al Hambali, sifat-sifat yang disebutkan di atas semuanya terkumpul di bulan Ramadan, karena orang beriman akan mengumpulkan pada dirinya amalan puasa, shalat malam, sedekah, dan berkata yang baik, di mana ketika berpuasa dilarang berkata kotor dan sia-sia. (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 298).
Bahasan di atas, diambil dari buku terbaru Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal berjudul "15 Motivasi Iman di Bulan Ramadhan". Segera miliki bukunya sebagai bekal ilmu menyambut Ramadan, karena isinya sarat akan faedah ilmu dan motivasi beramal di bulan Ramadan.
*
►► SUBSCRIBE di sini untuk mengenal Islam lebih dekat: https://www.youtube.com/channe....l/UC42PJ3sXqYJwSMPti
*
Follow Us:
Twitter @RumayshoCom
https://twitter.com/RumayshoCom
Instagram @RumayshoCom
https://www.instagram.com/rumayshocom/
Facebook Muhammad Abduh Tuasikal
https://www.facebook.com/muhammad.tuasikal
Fans Page Rumaysho di Facebook
https://www.facebook.com/rumaysho/
Channel Telegram
https://telegram.me/rumayshocom
*
YUK DUKUNG DAKWAH!
Rekening Donasi Darush Sholihin dan RumayshoCom:
BANK SYARIAH MANDIRI: 7068.478.612 • BANK RAKYAT INDONESIA: 015.301.000.406.566
atas nama Yayasan Darush Sholihin
Konfirmasi Donasi: 0823-1395-0500
INFO DONASI: 0811-2677-791
*
Tentang Darush Sholihin, bisa dilihat di playlist:
https://www.youtube.com/playli....st?list=PLUYZIGi0rAX
*
SILAKAN SEBAR VIDEO-VIDEO YANG ADA DENGAN TETAP MENCANTUMKAN RUMAYSHO TV
Menuju bulan Ramadan, InsyaAllah Rumaysho TV Youtube mulai mengunggah konten-konten nasihat tentang Ramadan dan semua hal yang berkaitan dengan keutamaannya. Semoga bisa menjadi pelecut semangat untuk meraih banyak pahala pada bulan mulia tersebut].
-
Ibadah puasa memiliki banyak manfaat bagi seorang mukmin. Di antara faedah terbesar menjalankan ibadah puasa adalah tumbuhnya ketakwaan di dalam hati, sehingga bisa menahan anggota badan dari berbuat maksiat. Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Di dalam ayat yang mulia di atas, Allah Ta’ala menjelaskan bahwa puasa disyariatkan bagi hamba-Nya untuk meningkatkan dan menyempurnakan ketakwaan mereka. Takwa merupakan sebuah istilah yang mencakup seluruh kebaikan. Para ulama menjelaskan bahwa takwa adalah melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, karena mengharap pahala dari Allah Ta’ala, dan karena rasa takut terhadap azab dan hukuman-Nya.
Lalu, mengapa puasa merupakan sebab ketakwaan?
Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal ini. Pertama, dengan puasa, seseorang akan lebih sedikit makan dan minum, yang menyebabkan lemahnya syahwat. Lemahnya syahwat ini menyebabkan berkurangnya maksiat yang ingin dia kerjakan. Karena syahwat adalah sumber dan awal dari semua maksiat dan keburukan.
Kedua, berpuasa melatih seseorang untuk kuat, sabar, dan tabah. Semua ini akan mendorong seseorang untuk meninggalkan dan menjauhi hal-hal buruk yang disukai jiwanya.
Ketiga, berpuasa memudahkan seseorang untuk berbuat ketaatan dan kebaikan.
Keempat, berpuasa menyebabkan lunaknya hati untuk senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala dan memutus berbagai sebab yang dapat melalaikan-Nya.
Semoga bermanfaat.
-
Yuk ikut beramal jariah bangun masjid, dakwah, dan kegiatan sosial lainnya lewat @rumayshopeduli
Narahubung: 0811267791
BELAJAR SHARAF
KELAS BAHASA ARAB RUMAYSHO (K-BAR)
Bersama Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc.
Youtube Rumaysho TV, Facebook RumayshoCom, Instagram @mabduhtuasikal
📚 KITAB RUJUKAN:
dari Al-Amtsilah At-Tashrifiyyah
Kajian Streaming ini juga disiarkan melalui:
• Youtube.com/rumayshotv
• Instagram.com/mabduhtuasikal
• Radio DS (Darush Sholihin) 107,8 FM http://bit.ly/radioDSstreaming
Semua informasi tentang kajian bersama Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, bisa didapat melalui channel Telegram:
https://t.me/kajianustadzabduh
-
Yuk ikut beramal jariyah bangun masjid, dakwah, dan kegiatan sosial lainnya lewat @rumayshopeduli
Semua informasi perihal donasi tersebut bisa didapat melalui narahubung: 0811267791
Seseorang yang memiliki banyak utang tentu hidupnya tidak tenang. Dia hanya senang sesaat saja ketika memegang uang tersebut, setelah itu ia akan merasa tidak tenang karena masih memiliki beban tanggung jawab. Belum lagi ia akan ditagih bahkan dikejar-kejar oleh orang yang menagih/rentenir. Ia pun akan hina kedudukannya di hadapan manusia, ia akan diremehkan dan tidak punya harga diri. Ia akan mudah dibentak, dihinakan, dan dijatuhkan harga dirinya.
Lebih parah, orang yang punya kebiasaan berutang akan mudah terjerumus dalam kebiasaan berbohong dan berdusta, bahkan sering tidak menunaikan amanah. Bisa jadi ia berjanji akan melunasi bulan depan, tetapi ia berbohong dan tidak berniat melunasi bulan depan.
Solusinya?
Anda harus cerdas dalam mengelola finansial, alokasikan anggaran untuk belanja barang tersier ke barang yang memang benar-benar dibutuhkan, serta hindari gali lubang tutup lubang, dan bertekad untuk tidak utang lagi. Poin yang tak kalah penting adalah mintalah pertolongan pada Allah agar diberikan jalan dalam melunasi utang sepenuh gunung.
Coba hafalkan dan amalkan doa ini:
اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak”.
(Artinya: Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu). (HR. Tirmidzi no. 3563, hasan).
Doa di atas bisa ditemukan di buku "50 Doa Mengatasi Problem Hidup" karya Ustadz @mabduhtuasikal. Selain doa tersebut, masih banyak koleksi doa lainnya yang bisa Anda rutinkan untuk mengurai semua masalah dalam hidup Anda.
Segera pesan melalui nomor WA Ruwaifi Store/Rumaysho Store:
wa.me/6285200171222
atau
wa.me/6282136267701
-
Yuk ikut beramal jariah bangun masjid, dakwah, dan kegiatan sosial lainnya lewat @rumayshopeduli
Narahubung: 0811267791